PERILAKU KONSUMEN “KELAS SOSIAL, PERILAKU KONSUMEN, PENGARUH KONSUMEN dan PENYEBARAN INOVASI”

PERILAKU KONSUMEN
“KELAS SOSIAL, PERILAKU KONSUMEN, PENGARUH KONSUMEN dan PENYEBARAN INOVASI”
(Kelompok 2)





Disusun oleh :
Aldiansyah Fatturachman (10213613)
Christiani Octovani (11213912)
Dewi Anisa Kesuma (12213285)
Harnumdia Erdinda (19213820)
Rani Avianti (17213281)
Rizka Larashati (17213898)
Satriya Indra Laksana (18213312)
Kelas : 3EA19

Fakultas Ekonomi
S1 – Manajemen
PTA 2015-2016
Universitas Gunadarma



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Perilaku konsumen di zaman sekarang cenderung berubah-ubah. Tentunya hal ini juga tidak lepas dari kemajuan ekonomi di negara-negara Asia, yang memberi dampak pada peningkatan pendapatan individual, sehingga konsumen di zaman sekarang lebih berorientasi pada nilai suatu produk dari pada harganya. Konsumen rela untuk membelanjakan uang lebih dengan tujuan mendapatkan pelayanan yang baik, yang tentunya memberi nilai kepuasan kepada konsumen. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah gaya hidup. Gaya hidup akan mempengaruhi penilaian yang dilakukan oleh seseorang yang akan membeli suatu produk. Suatu contoh dari gaya hidup masyarakat di zaman sekarang adalah menghilangkan kejenuhan di cafe/restoran yang sangat berkembang di kota Medan. Duduk berkumpul bersama teman-teman di suatu cafe/restoran telah memberi nilai kepuasan bagi mereka. Menurut Sumarwan (2003), segencar apapun persaingan yang ada di pasar, konsumen tetaplah sebagai penentu dalam membuat keputusan pembelian. Pilihan-pilihan produk yang ditawarkan tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi pengambilan keputusan membeli bagi konsumen. Pasar hanya menyediakan berbagai pilihan produk dan merek yang bermacam-macam. Namun pada akhirnya, konsumen yang memiliki hak untuk bebas memilih apa dan bagaimana produk yang nantinya akan mereka konsumsi.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Jelaskan tentang kelas sosial dan status sosial!
2.      Jelaskan tentang pengukuran/indikator kelas sosial
3.      Jelaskan tentang mobilitas kelas sosial!
4.      Jelaskan tentang opinion leadership!
5.      Jelaskan tentang word of mouth!
6.      Jelaskan tentang dinamika proses kepemimpinan opini!
7.      Jelaskan tentang pengukuran/indikator kepemimpinan opini!
8.      Jelaskan tentang profil pemimpin opini
9.      Jelaskan tentang proses difusi dan adopsi
1.2              Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui tentang kelas sosial dan status sosial!
2.      Untuk mengetahui tentang pengukuran/indikator kelas sosial
3.      Untuk mengetahui tentang mobilitas kelas sosial!
4.      Untuk mengetahui opinion leadership!
5.      Untuk mengetahui tentang woer of mouth!
6.      Untuk mengetahui tentang dinamika proses kepemimpinan opini!
7.      Untuk mengetahui pengukuran/indikator kepemimpinan opini!
8.      Untuk mengetahui tentang profil pemimpin opini
9.      Untuk mengetahui proses difusi dan adopsi
1.3              Manfaat Penulisan
1.      Bagi dosen, dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
2.      Bagi mahasiswa, dapat dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.






BAB 2
PEMBAHASAN
2.1              Kelas sosial dan status sosial
Kelas Sosial
Berdasarkan karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut. Kelas Sosial atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi.
Jadi, definisi Kelas Sosial atau Golongan Sosial ialah:
Sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi. 
Status Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah, Guru dsbnya. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. 
Cara Memperoleh Status
Bagaimana cara individu memperoleh statusnya? Cara-cara memperoleh status atau kedudukan adalah sbb:
Ascribed Status adalah keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah diperoleh sejak lahir.
Contoh: Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb.
Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat.
Contoh: gelar kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
2.2              Pengukuran atau Indikator Kelas Sosial
Faktor Penentu Kelas sosial
Apakah yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan­-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal semua manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun tidak ada orang-orang yang dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang dipandang rendah kedudukannya. Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang dalam masyarakat disebut status atau kedudukansosial (posisi seseorang dalam suatu pola hubungan sosial yang tertentu). Status merupakan unsur utama pembentukan strata sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh penyandang status.
Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status seseorang, yaitu:
1.      Kriteria kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis keCamin,
2.      Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan)
3.      Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat,
4.      Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda)
Otoritas (kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa perlawanan)
Beberapa indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a.   Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup.Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak singkat.
Uang juga memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud upah dari pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan demikian, sumber dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi, uang memang merupakan determinan kelas sosiai yang penting; hal tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
b.  Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata sosial mana orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun merupakan indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial seseorang.
c.   Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-­kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua,jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding.
2.3              Pengukuran Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a.  Berdasarkan Status Ekonomi.
1) Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Ket :
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.

2) Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
a.       Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
b.       Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
c.       Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.

3) Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a.       Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b.      Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
c.       Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class)
d.      Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class)
e.       Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
f.       Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class.
Keterangan :
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.
 4. Dalam masyarakat Eropa dikenal 4 kelas, yakni:
a.       Kelas puncak (top class)
b.      Kelas menengah berpendidikan (academic middle class)
c.       Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
d.      Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)

5. Kelas bawah (underdog class)
b. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh :
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
c. Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas sosial atas antara lain:
- pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
- pejabat legislatif, dan
- pejabat yudikatif.
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.
A. Kelas Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten hingga Jendral
B. Kelas sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor
C. Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala
5.      Apakah Kelas Sosial Berubah
Kelas sosial akan pasti berubah, sama halnya seperti roda kehidupan yang selalu berputar. Kadang seseorang berada dalam status sosial yang tinggi atau berada saat mapan atau di hormati, tetapi terkadang lambat laun akan berada di posisi bawah, yaitu ketika mereka tidak lagi berjaya, kaya, atau di hormati seperti sebelum – sebelumnya. Ketika kelas sosial berubah perubahan itu juga akan mempengaruhi perilaku dan selera konsumen terhadap suatu barang. Misalnya seorang yang biasa mengkonsumsi nasi dari beras yang mempunyai kualitas yang rendah, tetapi apabila ia menjadi kaya atau memperoleh rezeki yang berlebih maka ia akan merubah beras yang di konsumsi dari yang berkualitas rendah ke kualitas yang lebih tinggi. Dan ini juga bisa mempengaruhi berbagai permintaan produksi suatu barang maupun jasa.
6.      Pemasaran Pada Segmen Pasar Berdasarkan Kelas Social
Pemasaran pada segmen pasar berdasarkan kelas sosial berbeda – beda sesuai dengan kelas sosial yang ingin di tuju. Bisa dilihat apabila ingin memasarkan suatu produk yang mempunyai kelas sosial yang tinggi biasanya menggunakan iklan yang premium atau bisa di bilang lebih eksklusif karena dapat diketahui bahwa orang – orang yang berada di kelas sosial atau memiliki status sosial yang tertinggi, mereka lebih memilih produk yang higienis, terbaru, bermerk, dan kualitas yang sangat bagus. Berbeda apabila pemasaran dilakukan untuk orang – orang yang berada pada kelas sosial terendah. Penggunaan iklan pun kurang di gencarkan dan biasanya malah lebih menggunakan promosi yang lebih kuat, karena kelas sosial yang rendah lebih banyak mementingkan sebuah kuantitas suatu produk dengan harga yang murah. Jadi berbeda sekali pemasaran yang dilakukan apabila melihat dari posisi kelas sosial yang ada.
2.4              Mobilitas kelas sosial
Mobilitas berasal dari kata mobilis,yang artinya mudah bermobilitas atau mudah dipindahkan. Mobilitas sosial ( social mobility) adalah suatu mobilitas dalam struktur sosial, yaitu pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.Mobilitas sosial terjadi pada semua masyarakat meskipun dengan kecepatan yang berbeda- beda, sesuai dengan sistem yang diterapkan masyarakat dalam menyusun kehidupansosialnya atau bermasyarakat. Definisi mobilitas sosial menurut beberapa ahli sosiologi :
a.       William Kornblum (1988: 172)
Mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan        kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
b.      Michael S. Basis (1988: 276)
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah lingkungansosioekonomi           yang mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
c.       H. Edward Ransford (Sunarto, 2001: 108)
Mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan          sosialsecara hierarki. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi      Mobilitas Sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial            lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya dalam struktur      sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas    adalah sebagai berikut :
1.      Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan   mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan    prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manager, sehingga tingkat       pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik      apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2.      Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari         tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara            merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan         mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan          disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak s  osial ke atas.
3.      Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status            sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi            yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian,            ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya. Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap            sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang         bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan       istilah-istilah asing.
Bentuk mobilitas sosial
1.      Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya            dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi    perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh:     Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya         dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut   dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak             merubah status sosialnya.
2.      Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari   suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai        dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang      mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana            kedudukan tersebut telah ada sebelumnya. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di           salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.           Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan     individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri      menjadi ketua organisasi.
b.      Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
                        Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
ü  Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah. Contoh:         seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika       melaksanakan tugasnya.
ü  Turunnya derajat kelompok.
Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok      sebagai kesatuan.Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim   pun turun.
3.      Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih,        misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas     ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu         generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.Contoh: Pak Parjo             adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah            dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini             menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
4.      Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi        yang sama. Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama   Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang            diberi nama Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih             beruntung sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha       sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra             dengan adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi.
5.      Faktor pendorong mobilitas social
1.      Faktor Struktural
`     Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi       serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam         cakupan           faktor struktural adalah sebagai berikut :
Ø  Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan 
Ø  Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah 
Ø  Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah. 
2.      Faktor Individu
Faktor Individu adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan,       penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
Ø  Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial. 
Ø  Orientasi Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
Ø  Faktor kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan. 
3.      Status Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena        ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri.             Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat  mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.
4.      Keadaan Ekonomi 
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.

5.      Situasi Politik 
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
6.      Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
7.      Dampak Mobilitas Sosial 
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian- penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.   
      Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya   mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
1.      Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
2.      Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
3.      Keterangan hubungan anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah. 
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
Dampak Positif :
1.      Mendorong Seseorang untuk lebih maju Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi. 
2.      Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang Lebih Baik Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
3.      Meningkatkan Intergrasi Sosial Terjadi nya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi soaial. 
Dampak Negatif :
1.      Timbulnya Konflik Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut. :
a.       Konflik Antarkelas.Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antar kelas.
b.      Konflik Antarkelompok social.Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa:
-          Konflik antara kelompok sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern.
-          Proses suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang.
c.       Konflik Antargenerasi.Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
2.      Berkurangnya Solidaritas Kelompok Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya 
3.      Timbulnya Gangguan Psikologis Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut. :
a.       Menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
b.      Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya.
c.       Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.
2.4       Opinion Leadership
Kepemimpinan opini merupakan orang yang pertama dalam mencoba produk dan jasa – jasa diluar keingintahuan mereka. Mereka adalah orang – orang aktivitas di masyarakat, dalam pekerjaan dan juga dipasar. Menurut Kotler – Keller (2009:170) Pemimpin opini adalah orang yang menawarkan informasi tentang produk atau kategoti produk tertentu, misalnya yang terbaik dari beberapa merk atau bagaimana produk tersebut dapat digunakan. Kotler (2000: 559-560) terdapat dua jenis saluran komunikasi yang dapat digunakan perusahaan dalam mempromosikan suatu produk yaitu saluran komunikasi personal dan saluran komunikasi non personal.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pemimpin opini (opinion leader) adalah orang – orang yang sering mempengaruhi sikap orang lain dalam hal pembelian, pemilihan suatu barang atau jasa maupun pendapat mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, sehingga orang yang dipengaruhi tertarik dan akhirnya melakukan suatu tindakan pembelian. Kebanyakan konsumen menerima informasi dari orang lain. Orang lain yang menjadi sumber informasi bisa berupa teman, keluarga, tetangga atau teman satu kelompok.
Menurur Solomon (2007:403) ada beberapa ciri – ciri kepemimpinan opini yang sangat penting dan bermanfaat :
1.      Pemimpin opini berkuasa dan bisa dipercaya karena mereka sudah memiliki kekuatan keahlian.
2.      Pemimpin melakukan evaluasi terhadap informasi tanpa bias.
3.      Pemimpin opini secara sosial cenderung aktif sehingga proses komunikasi dengan orang lain akan lebih baik.
4.      Pemimpin opini cenderung memiliki kesamaan dengan konsumen dalam kepercayaan dan nilai sehingga mereka membawa kekuatan rujukan (refen power). pemimpin opini cenderung memilki status dan pendidikan yang lebih tinggi daripada orang yang dipengaruhinya tetapi tidak jauh berbeda dengan kelas sosial.
5.      Pemimpin opini sering menjadi orang yang pertama kali membelli produk,

            Karakteristik dari opinion leader menurut Loudun dan Della bita (1993:267) :
1.      Opinion leader berada pada kelas yang sama walaupun ada juga yang berada pada tingkat yang lebih tinggi.
2.      Opinion leader memiliki akses informasi yang lebih banyak dari opinion receiver.
3.      Opinion leader mempunyai keterkaitan dan pengetahuan mengenai produk sehingga dapat mempengaruhi orang lain.
4.      Opinion leader berbagi pendapat mengenai suatu produk kepada orang lain.
5.      Opinion leader memiliki inovasi yang tinggi dibandingkan dengan opinion receiver.
6.      Opinion leader memiliki sifat suka mencoba produk dan jasa yang baru.

            Opinion leader sangat efektif mempengaruhi konsumen dalam keputusan membeli produk. Menurut Sciffman dan Kanuk (2007:398) terdapat beberapa alsan yang menyebabkan efektifnya opinion leader :
1.      Kredibilitas.
2.      Informasi kebaikan dan keburukan.
3.      Informasi dan saran.
2.5              Word of mouth
"Word of Mouth Marketing adalah komunikasi tentang produk dan jasa antara orang-orang yang dianggap independen dari perusahaan yang menyediakan produk atau jasa, dalam medium yang akan dianggap independen dari perusahaan. Komunikasi ini bisa saja berupa percakapan, atau hanya satu arah testimonial. Misalnya berbicara langsung, melalui telepon, e-mail, listgroup, atau sarana komunikasi lainnya.” (Silverman, George. 2001.The Secret of WOM Marketing. Ebook Edition, hal. 25)
 Bicara mengenai WOM akan membawa kita pada tatanan komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam kelompok. WOM memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan iklan maupun penjualan langsung, karena kekuatan WOM terletak pada kemampuannya dalam memberikan rekomendasi (referral).
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Dye bahwa “kehidupan sehari-hari, seseorang cenderung senang untuk membagi pengalamannya tentang sesuatu.” (Godin, Seth. 2000.Unleashing the Ideavirus:    e-book edition.New York: Do You Zoom Inc, hal 12.)

Komponen Word of Mouth
 
Gambar 1 Proses WOM

Sumber: Saurabh Kanwar. What’s the buzz: Demistifying Word of Mouth Stategy M Research Paper.2002: 4.
Model di atas dimaksudkan untuk memberikan gambaran sederhana atas hal-hal yang berkaitan dengan proses WOMM. Ketiga hal diatas yaitu content, context dan carrier disebut konstituen dari proses WOMM. Variabel konstituen tersebut nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk.
1.   Content : Content di sini dimaksudkan sebagai pesan atau informasi yang menjadi bahan pembicaraan dalam proses dan interaksi WOM. Pesan atau informasi tersebut dapat bersifat positif atau negatif dalam kaitannya dengan merek atau produk yang menjadi bahan pembicaraan.
2.  Context : Pengertian dari context disini adalah bila isi pesan atau content mengalami proses penerimaan (decoding) dan pengiriman pesan (encoding). Context  juga mengacu pada saluran (channel) yang dipakai pada suatu proses pesan. Contoh dari channel dapat berupa interest groups di internet dan yang menjadi context adalah tema dari interest group tadi.
3.  Carriers : Carrier mengacu pada individu-individu yang melihara dan mempertahankan pesan dan informasi (content). 

Jenis Word Of Mouth dan tingkatannya
WOM dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu WOM positif (PWOM) dan WOM negatif (NWOM)dan keduanya memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen dan kinerja bisnis.
WOM positif merupakan proses penyampaian informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh individu yang satu ke individu lain berdasarkan pengalaman yang bersifat positif terhadap suatu produk, jasa, maupun perusahaan. Sementara itu, komunikasi WOM negatif merupakan proses interaksi dari mulut ke mulut yang didasarkan pada pengalaman negatif yang diperoleh dari individu yang satu ke individu yang lain terhadap suatu produk, jasa, atau perusahaan.
(http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/07/jenis-dan-tingkatan-komunikasi-word-of.html)
Adapun WOM dibagi menjadi 9 level tingkatan mulai dari minus 4 hingga level plus 4 yang pada dasarnya mencoba untuk mengkolaborasikan lebihlanjut konsep WOM positif dan WOM negatif.

Gambar 2 Leveling WOM

Sumber : Silverman, George. 2001.The Secret of WOM Marketing. Ebook Edition, hal. 38

Pada level minus 4 apa yang dikatakan orang hanyalah hal yang negatif dan sebaliknya level plus 1 hingga level plus 4 disebut dengan WOMP.

Kaitan Word of Mouth Marketing dengan CRM
Adapun manfaat dari implementasi CRM berdampak pada efisiensi cost dan profit. CRM menawarkan keuntungan bagi perusahaan, seperti kepuasan pada pelanggan yang jauh lebih besar dan loyalty dan memperoleh tanggapan yang baik dari customer untuk cross-selling. CRM juga sangat bergantung pada proses komunikasi dengan pelanggan. Jadi, pada dasarnya CRM memerlukan word of mouth marketing sebagai salah satu sarana komunikasi/publikasi kepada pelanggan karena WOM (word of mouth marketing) ini merupakan salah satu cara pemasaran yang paling efektif untuk menarik pelanggan.
2.6              Dinamika proses kepemimpinan opini
Proses kepemimpinan opini merupakan suatu yang sangat dinamis dan menjadi kekuatan bagi konsumen. Beberapa alasan keefektifan kepemimpinan opini, antara lain sebagai berikut :
1.      Kredibilitas, pemimpin pendapat dianggap sebagai sumber yang dapat dipercaya berhubungan dengan produk karena mereka biasanya dinggap seorang yang netral mengenai informasi atau saran yang mereka katakan dan tidak menerima kompensasi apapun. Mereka mendasari pendapatnya dengan pengalaman langsung, pendapat mereka mengurangi risiko yang atau keraguan konsumen dalam mencoba produk yang baru.
2.      Informasi produk yang positif dan negatif, komentar positif dan negatif yang diberikan oleh pemimpin pendapat menambah kredibilitas mereka. Oleh sebab itu, dalam kenyataan kehidupan konsumen, pemimpin pendapat lebih dipercaya karena jarang sekali iklan yang mengemukakan efek samping dari produknya.
3.      Informasi dan saran, pemimpin pendapat adalah sumber informasi tentang suatu produk, dan dia memberikan informasi atau saran (nasihat) kepada orang lain untuk membeli atau menolak produk tersebut.
4.      Kepemimpinan pendapat adalah suatu jalan dengan dua arah, seorang penerima pendapat akan menjadi pemimpin pendapat terhadap orang lain. Tetapi seringkali pemimpin pendapat memperoleh informasi dari pembeli tentang kelebihan atau kekurangan produk tersebut.
5.      Kepemimpinan pendapat adalah kategori tertentu, pemimpin pendapat biasanya mempunyai pengetahuan khusus tentang kategori produk tertentu.
6.      Motivasi di belakang kepemimpinan pendapat;
      Kebutuhan penerima pendapat, pertama, pemimpin pendapat memberikan informasi tentang produk baru atau penggunaan baru dari suatu produk. Kedua, mereka mengurangi risiko yang dirasakan oleh penerima pendapat. Ketiga, mereka mengurangi waktu untuk mencari produk yang dibutuhkan. Keempat, penerima pendapat merasa lebih yakin karena informasi datang dari orang yang dianggap ahli dan dihormati.
      kebutuhan pemimpin pendapat, teori motivasi mengatakan bahwa pemimpin pendapat memberikan informasi atau saran untuk memenuhi kebutuhannya sendiri yang mungkin tidak disadari. Mungkin sarannya merupakan konfirmasi untuk dirinya sendiri, meyakinkan kembali bahwa apa yang ia konsumsi memang tepat.
2.7              Pengukuran /indikator kepemimpinan opini
Peneliti konsumen tertarik dalam mengidentifikasi dan megukur dampak dari proses kepemimpinan pendapat atas perilaku konsumsi. Dalam mengukur kepemimpinan pendapat, peneliti memiliki pilihan empat teknik pengukuran dasar, yaitu :
1.      Metode Penunjukan Diri (Self-Designating Method), dalam metode ini responden diminta untuk mengevaluasi sejauh mana mereka telah memberikan informasi tentang kategori produk atau merek khusus yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
2.      Metode Sosiometrik (Sociometric Method), metode ini mengukur komunikasi informal orang ke orang mengenai produk atau kategori produk. Dalam metode ini responden diminta mengidentifikasi kepada siapa memberikan informasi atau saran tentang sebuah produk dan siapa yang memberikan informasi atau saran tentang sebuah produk atau merek tertentu.
3.      Metode Informan Kunci (Key Informant Method), cara ketiga untuk mengukur kepemimpinan pendapat  adalah melalui penggunaan informan kunci yang sangat menyadari atau memiliki pengetahuan tentang sifat komunikasi sosial antara anggota kelompok konsumen tertentu.
Metode Objektif (Objective Method), metode ini mentukan kepemimpinan pendapat seperti percobaan terkontrol. Ini melibatkan penempatan produk baru atau informasi produk baru dengan pemilihan individual kemudian menulusuri apa yang dihasilkan dlam komunikasi interpersonal mengenai produk relevan.
2.8              Profil pemimpin opini
Merunut pada Ensiklopedia Administrasi yang disusun oleh staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa, pemimpin (leader) adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan-tujuan tertentu. 

Opinion leaders atau pemimpin opini merupakan individu yang memimpin dalam mempengaruhi pendapat orang lain tentang inovasi. Opinion leader dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yakni orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana perilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya.

Sehingga jika kita tarik kedalam sistem negara, kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang (negara lain misalnya)  untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu, bukan sosok yang tidak mampu memperngaruhi demi tujuan ksesejahteraan bersama dalam hakekat dan tujuan negara yang sebenarnya. Dengan kata lain, banyak yang mampu menjadi seorang pemimpin, namun sangat sedikit yang mampu menjadi sosok Opinian leader
Ada dua pengelompokkan opinion leader
1. opinion leader aktif (opinion giving)
Disini para opinion leader mencari penerima informasi atau followers secara aktif untuk mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi.
2. opinion leader pasif (opinion sekarang)
Dalam hal ini followers, atau si pencari informasi lebih aktif mencari sumber informasinya kepada opinion leader, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi.


2.9              Proses difusi dan adopsi
Difusi
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Proses difusi adalah memperhatikan terhadap dimensi umum bagaimana kecepatan inovasi-bagaimana proses difusi tersebut berasimilasi-dalam sebuah pasar. Lebih tepatnya, proses difusi adalah proses dimana penerimaan sebuah inovasi (produk baru, pelayanan baru, pendapat baru, kegiatan baru) yang cepat oleh komunikasi (media massa, salesperson, percakapan informal) terhadap masyarakat sebuah sistem sosial (target pasar) selama satu periode tertentu. Definisi ini termasuk empat elemen inti proses difusi :
1.      Inovasi
2.      Saluran komunikasi
3.      Sistem sosial
4.      Waktu
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendefinisian mengenai arti sebuah “inovasi produk” atau sebuah produk baru bukan merupakan tugas yang mudah. Bermacam-macam pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan sebuah produk baru dapat diklasifikasikan sebagai definisi yang berorientasi terhadap perusahaan, berorientasi terhadap produk, berorientasi terhadap pasar, dan berorientasi terhadap konsumen.
Pendekatan yang berorientasi terhadap perusahaan membicarakan tentang corak baru sebuah produk dari prospektif produksi perusahaan atau pemasaran produk; hal tersebut jika itu “baru” bagi perusahaan, maka perusahaan mempertimbangkan hal tersebut. Meskipun definisi ini ditolak atau tidak, produk merupakan hal yang benar-benar baru bagi pasar (contohnya, bagi pesaing-pesaing dan konsumen).
Ini berbeda dengan pendekatan yeng berorientasi terhadap produk yang fokus terhadap keistimewaan yang melekat dalam produk itu sendiri dan pengaruh keistimewaan itu seperti sesuatu yang dimiliki konsumen yaitu corak produk yang melekat pada diri konsumen. Tiga tipe inovasi produk:
1.      Berkesinambungan,
2.      Berkesinambungan secara dinamis, dan
3.      Tidak berkelanjutan
Pendekatan yang berorientasi terhadap pasar menentukan syarat-syarat corak baru suatu produk dimana konsumen terbuka pada seberapa banyak produk baru tersebut. Terdapat dua definisi yang berorientasi terhadap pasar berdasarkan inovasi produk telah digunakan secara luas dalam pembelajaran konsumen:
1.      Sebuah produk dianggap baru jika tidak dibeli oleh lebih dari presentase kecil (tetap) secara relatif dari jumlah pasar potensial.
2.      Produk dianggap baru jika tersedia di pasar selama periode jangka waktu pendek secara relatif.
Pendekatan-pendekatan tersebut telah digunakan oleh peneliti konsumen dalam penelitian mereka untuk mempelajari difusi-inovasi. Tetapi beberapa peneliti berpendapat bahwa pendekatan yang berorientasi terhadap konsumen merupakan cara yang paling tepat untuk mendefinisikan inovasi. Berdasarkan konteks ini sebuah produk baru adalah beberapa produk yang seorang konsumen potensial tentukan bahwa produk itu produk baru. Dalam kata lain, corak baru merupakan persepsi konsumen terhadap produk baru tersebut, daripada keistimewaan fisik atau pasar nyata. Meskipun pendekatan yang berorientasi terhadap konsumen telah didukung oleh beberapa praktisi periklanan dan ahli strategi pemasaran, hal itu menerima sedikit perhatian yang sistematis dari peneliti konsumen.
Unsur-Unsur Difusi Inovasi
1.      Inovasi
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:
1) keunggulan relatif (relative advantage),
2) kompatibilitas (compatibility),
3) kerumitan (complexity),
4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan
5) kemampuan diamati (observability).
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaik-nya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
2.      Saluran komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.
3.      Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
4.      Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.
Proses Adopsi
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.
1.      Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2.      Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktorRiset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
3.      Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.
Kategori pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
1.      Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarakgeografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2.      Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovatorKategoriadopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3.      Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankanfungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruhkomunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4.      Mayoritasakhir: Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5.      Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalanzaman.
Lima tahap proses adopsi
1.      Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat
2.      Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3.      Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4.      Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5.      Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.


BAB 3
KESIMPULAN

3.1     Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang kami buat adalah kelas sosial dapat mempengaruhi seseorang dalam membeli atau untuk mengkonsumsi suatu barang atau produk, pendapat dari orang-orang terdekat juga dapat mempengaruhi yaitu bisa disebut juga penjualan dari mulut ke mulut (word of mouth)



3.1               
SUMBER



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peradaban dan Perubahan Sosial

Motivasi Konsumen - Perilaku Konsumen

PENGELOLAAN INFORMASI DAN PERSEPSI KONSUMEN