Budaya leluhur

Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT yg telah memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga tersusunnya makalah yang topiknya tentang manusia dan kebudayaan
Pada tugas makalah ini, penulis memuat  judul tentang Budaya Leluhur. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen. Dengan tugas makalah ini, penulis berharap makalah ini bisa menambah ilmu dan wawasan bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, September 2013
Penulis
Teori kebudayaan
Teori kebudayaan dalam IBD dimaksudkan untuk membuka cakrawala berpikir dalam memahami kehidupan manusia memiliki unsur-unsur kehidupan yang bersifat universal, bagaimana jawaban atas masalah-masalah pokok ini merupakan suatu nilai yang berpengaruh terhadap nasib sekelompok bangsa.
Unsur-unsur kebudayaan
Manusia adalah makhluk yang hidup kelompok. Dalam beberapa hal manusia memiliki organ yang secara biologis kalah dengan kemampuan fisik beberapa jenis binatang. Namun demikian, manusia memiliki kesadaran lebih tinggi akan kebutuhan hidupnya yang mengandung banyak tantangan. Untuk itu manusia memiliki kemampuan menciptakan gagasan-gagasan, aktivitas-aktivitas, dan sarana-sarana yang selalu berkembang dari waktu ke waktu. Manusia mampu menciptakan alternatif bagi kelangsungan hidup generasinya akan datang. Otak manusia mampu mengembangkan beberapa jenis bidang kehidupan untuk mengatasi keterbatasannya.

  1. 1.       Bahasa
Manusia menciptakan gagasan gagasan dan konsep yang dapat dikomunikasikandengan lambang-lambang yang disebut bahasa. Dengan alat komunikasi manusia dapat mengakumulasikan sejumlah pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh, seekor ular menurut kita umumnya berbisa. Padahal belum tentu kita pernah melihat bisa mematikan itu atau terkena patukannya yang beracun dan mematikan. Akan tetapi, kita memiliki pengetahuan dan keyakinan bahwa ular memiliki bisa yang mematikan. Pengetahuan ini telah dikomunikasikan kepada kita oleh orang lain yang pernah mengalaminya. Dengan sarana komunikasi ini, pengetahuan dapat ditularkan dari generasi sehingga sebenarnya pengetahuan yang kita miliki merupakan proses yang panjang, memakan waktu bertahun-tahun, bahkan berabad-abad.


  1. 2.       Organisasi sosial
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus membuat rumah. Akan tetapi, seorang manusia tidak akan mampu sendirian menguasai segala teknik mendirikan rumah. Ada rang yang hanya mampu/ahli dibidang pertukang kayuan saja. Akan tetapi ada orang lain yang ahli membuat rancangan rumah. Ada yang ahli menyusun batu atau kayu dengan peralatan tertentu. Maka diadakan pembagian kerja diantara kelompok manusia sesuai dengan keahlian dan kemampuannya, sehingga terbentuklah suatu organisasi sosial. Demikian juga dalam menjalankan pemerintahan suatu negara atau kelompok sosial yang lain, disusun suatu organisasi sosial untuk mencapai suatu tujuan.
                Manusia berbeda dengan hewan. Manusia memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Dia sadar akan entitas dirinya di tengah-tengah lingkungan alamnya. Ia memiliki kesadaran akan rasa cemas, gelisah, atau ketakutan akan maut. Kesadaran akan tibanya maut inilah yang menyebabkan lahirnya suatu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu religi. Demikian pula kesadaran manusia akan keindahan, kehalusan, keselarasan, nilai-nilai kemanusiaan dan sebagainya akan melahirkan bidang kehidupan manusia tersendiri yang disebut dengan kesenian.
Dari berbagai jenis bidang kehidupan dan pemenuhan kebutuhan manusia di atas, akhirnya dapat dilihat bahwa ada tujuh kebudayaan universal yang dilahirkan manusia di dunia (lihat koentjaraningrat, 1978) yaitu:
1.       Bahasa
2.       Sistem pengetahuan
3.       Organisasi sosial
4.       Sistem peralatan hidup dan teknologi
5.       Sistem mata pencaharian hidup
6.       Sistem religi
7.       Kesenian.
Ketujuh unsur kebudayan universal tersebut dapat ditemui pada segala macam kebudayaan masyarakat, baik pada masyarakat primitif-tradisional, ataupun modern, baik dulu, sekarang, maupun yang akan datang. Ketujuh unsur itu masing-masing memiliki tiga wujud kebudayaan seperti yang telah diuraikan sebelumnya, sehingga dapat dijelaskan pula wujud budayanya, wujud sosialnya, dan wujud fisiknya. Keseluruhan sistem dalam ketujuh unsur kebudayaan itu pada akhirnya menjelma menjadi kebudayaan makro suatu masyarakat.

B. lima masalah pokok kehidupan manusia
                Suatu kelompok masyarakat melakukan interpretasi yang berbeda-beda terhadap lingkungan di sekelilingnya. Mereka memiliki konsepsi yang berbeda-beda mengenai suatu masalah pokok kehidupan manusia. Mereka memiliki juga idealisme dan anggapan yang berbeda-beda, yang biasanya dimiliki sejak kecil dan dianut secara kuat. Idealisme serta anggapan-anggapan yang memiliki orientasi tertentu dan diyakini kebenarannya disebut juga orientasi nilai budaya.
                Dalam masalah apa saja orientasi nilai budaya itu akan mempengaruhi pemikiran, tindakan, pola perilaku(sekelompok) manusia? Menurut Kluckhon, ada lima maslaah pokok dalam kehidupan manusia yang mengkristal sebagai sistem nilai budaya pada semua kebudayaan didunia. Kelima masalah pokok itu adalah:
1.       Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia (MH);
2.       Masalah mengenai hakikat dari karya manusia (MK);
3.       Masalah mengenai hakikat dari kedudukan dalam ruang waktu (MW);
4.       Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (MA);
5.       Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM).
Cara berbagai masyarakat didunia dalam mengkonsepsikan masalah-masalah universal tersebut diatas bisa berbeda-beda walaupun kemungkinan untuk bervariasi itu terbatas adanya. Misalnya mengenai masalah pertama (MH), ada sekelompok masyarakat yang memandang bahwa hidup manusia didunia itu pada hakikatnya adalah sesuatu yang buruk, suatu penderitaan (misalnya dalam agama budha), sehingga manusia harus melakukan tindakan yang baik untuk melebur penderitaan itu. Dalam agama hindu, bila manusia yang tidak mampu melebur dengan perbuatan yang baik, manusia akan mengalami reinkarnasi pada derajat yang lebih rendah. Sebaliknya, bila manusia dapat melakukan tindakan yang baik untuk melebur penderitaannya itu, ia akan diangkat menjadi makhluk yang lebih tinggi tingkatannya atau terangkat ke Nirvana. Kematian bagi manusia yang telah melakukan perbuatannya yang baik bahwa ia telah mampu memadamkan hidup untuk menuju kebahagiaan dan menuju kebahagiaan dan menjauhkan segala kelakuan yang hanya akan mengkekalkan rangkaian reinkarnasi. Ada juga yang menganggap bahwa hidup itu buruk, tetapi manusia harus berikhtiar agar hidup itu menjadi lebih baik. Ada anggapan lain yang mengatakan bahwa hidup didunia ini baik adanya. Manusia berkewajiban mengii hidup ini dengan sebaik-baiknya yang kelak akan mendatangkan pahala di akhirat.
        Mengenai masalah kedua (MK), ada budaya yang memandang bahwa dengan berkarya manusia pada hakikatnya akan mendapatkan sarana untuk memungkinkan ia hidup bahagia di akhirat kelak, sehingga mereka memandang karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi. Budaya lain menganggap bahwa mereka berkarya untuk mendapatkan kedudukan yang penuh kehormatan di dalam masyarakat. Sedangkan budaya yang lain lagi beranggapan bahwa prang berkarya atau bekerja itu sekedar untuk menyambung hidup secara rukun dan damai, sebab kehidupan yang sesungguhnya yang bersifat kekal ada di akhirat.
        Tentang masalah ketiga (MW) ada budaya menganggap penting kehidupan di masa lampau. Dalam budaya ini orang akan suka menggunakan pedoman-pediman yang dihasilkan orang pada zaman dahulu untuk berpikir dan bertindak. Orang tersebut aan mengagumi dan menghormati karya-karya kuno. Sebaliknya, ada budaya yang memiliki orientasi waktu pada peristiwa-peristiwa yang akan datang, sehingga perencanaan hidup baginya amat penting.
        Pada masalah keempat (MA), ada budaya yang menganggap bahwa alam yang bekerja secara dahsyat itu merupakan ungkapan kebijakan dari alam jagat raya (alam adikodrat) yang ada kalanya mengancam hidup manusia. Mereka tidak berdaya, tidak mampu menawar ungkapan alam jagat raya itu sehingga mereka bersikap menyerah pada alam. Sebaliknya, ada budaya yang menganggap bahwa alam bisa ditaklukan untuk mengisi karya dan hidup di dunia, sedangkan budaya lain menganggap perlunya manusia mencari keselarasan dengan alam.
        Mengenai masalah kelima (MM), ada yang menganggap pentingnya manusia menjalin hubungan yang baik dengan sesamanya, sehingga mereka akan mengutamakan hidup rukun dan saling menolong. Sebaliknya, ada budaya lain yang menganggap pentingnya suatu prinsip hidup yang mandiri yang cenderung bersifat individual.
        kerangka kluckhon mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menentukan orientasi nilai budaya manusia
perbedaan orientasi nilai budaya tanpa pemahaman yang benar dapat melahirkan konflik konflik di antara penganut-penganutnya. Misalnya: orang barat yang menjujung nilai kemandirian yang tnggi dan kreativitas yg lebih bebas berkembang, sehingga kemajuan dan dinamika menjadi miliknya. Selain itu, ditambah dengan etos kerjanya terutama Etika protestan, orang barat menjadi semakin “agresif”. Dengan bekerja dan berkarya mereka yang mengakui bahwa karya ini akan memberikan pahala kelak di akhirat. Tuhan lebih berkenan kepada orang yang dapat mengisi hidupnya dengan karya yg berguna bagi umat manusia di dunia.
        Kondisi budaya tersebut berbeda dengan kondisi budaya tradisional masyarakat di negara dunia ketiga, yang memiliki etos kerja yang berbeda. Dalam kondisi budaya ini, hidup yang sebenarnya ada di dunia lain. Manusia juga harus hidup selaras dengan alam. Rencana-rencana untuk msa yang akan datang kurang penting, sebaliknya ajaran-ajaran dan pedoman-pedoman dari masa lampaulah yang memiliki nilai tinggi.
        Kontras kondisi kebudayaan timur dan barat ini sempat menimbulkan prasangka di kalangan orang barat bahwa bangsa kulit berwarna, yaitu umunya merupakan masyarakat masyarakat negara dunia ketiga adalah bangsa yang hanya pantas mengabdi kepada bangsa kulit putih. Bangsa kulit berwarna hitam menurut pandangan orang kulit putih adalah bangsa yang malas, tidak sepantasnya diterima oleh Tuhan, sehingga pantas diperbudak dan menjadi hamba orang kulit putih.
Apabila tidak ada pemahaman yang benar terhadap kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat kulit berwarna, maka pertentangan-pertentangan di anatara kedua kebudayaan tersebut akan terjadi. Seperti pada zaman kolonialisme dan imprialisme, bangsa barat menghalalkan interprestasinya sebagai alasan bahkan kepercayaan untuk melakukan supremasinya atas bangsa kult berwarna. Nilai historis ini tentu sangat berharga bagi generasi muda untuk merenungkan kembali apa etos kerja yang dimilikinya dan bagaimana sebaiknya etos itu menjadi miliknya.
        Secara umum manusia memiliki lima masalah yang terandung dalam jiwanya. Dalam mempelajari kebudayaan, masalah yang menjadi oemikiran manusia dituangkan pada konsep Lima Masalah Pokok Kehidupan Manusia. Masing-masing dapat dilihat gejalanya pada tiga wujud kebudayaannya. Unsur dan masalah kebudayaan akan semakin kompleks dan bervariasi, bila dilakukan hubungan silang (cross) antara Lima Masalah Pokok Kehidupan Manusia dan Unsur-Unsur kebudayaan Universal. Pendek kata, kebudayaan memiliki banyak unsur, sisi/dimensi, seta keterikatan/hubungan baik dalam suatu sistem maupun subsistem: antarsistem, antar subsistem, antara sistem dan subsistem, dalam hubungan vertikal maupun horizontal, serta keluasaan dan kedalamannya.
        Melihat keanekaragaman kebudayaan cukup penting bagi bangsa yang sadar akan dirinya, untuk berusaha menjangkau profil budayanya agar memiliki identitas diri bagi kehidupannya di masa yang akan datang dengan menengok sejarah budayanya di masa yang lalu serta mempertimbangkan kondisi budayanya di masa kini.
c. pendalaman tentang kebudayaan
        1. kebudayaan dan lingkungannya
                        Seperti telah diketahui, kebudayaan ada karena manusia mula-mula sekali mengalami kesulitan dalam melangsungkan dan mempertahankan kehidupan-kehiupannya. Lebih jauh lagi, manusia dapat melihat kesulitan itu sebagai suatu kesulitan yang harus diatasi. Lain dengan hewab yang kurang atau tidak menyadari itu sebagai kesulitan yang diatasi. Binatang lebih memandang kesulitan sebagai sesuatu yang harus dihindari. Dengan demikian, binatang menjadi terbelenggu oleh kesulitan itu, sedangkan manusia dengan budu dayanya mencoba mengatasi kesulitan hidup sebagai suatu tantangan  dengan tujuan membuat hidup manusia menjadi lebih baik dan bahagia.
                        Seandainya manusia dalam mengatasi kesulitan hidup (menciptakan, mengkreasikan kebudayaan, menggunakan akal pikirnya) masih tidak dapat mengatasi kesulitan hidupnya, dan karenanya tidak bahagia, maka “kebudayaannya” itu masih belum dapat disebut sebagai suatu kebudayaan, atau dapat dikatakan masih rendah, kacau, masih dalam taraf konversi sehingga dibutuhkan upaya akal pikirnya agar kebudayaannya itu benar-benar mampu disebut sebagai  kebudayaan yang mampu mengatasi kesulitan hidup yang sebenarnya. Apabila kebudayan itu telah mampu mengatassi kesulitan hidup manusia sehingga manusia telah mampu mengatasi kesulitan hidup manusia sehingga manusia telah mampu mencapai kebahagiaan, maka kebudayaan yang telah teratur ini dapat pula disebut dengan peradaban.
        Pengertian bahagia memang relatif sekali. Suku asmat di Irian Jaya misalnya, dapat disebut beradab karena dengan pengetahuan dan kepercayaanya mereka dapat mengatasi kesulitan hidupnya, sehingga kehidupannya menjadi teratur. Sangat mungkin pula manusia di pulau jawa yang dikatakann telah maju dapat mengalami ketidak bahagiaan karena nilai-nilai yang dimiliki dianut tidak mampu mengatasi kesulitan hidupnya.
        Jadi, dapat dikatakan kebudayaan sekelompok masyarakat baru daoat dikatakan memiliki sosoknya bila dengan kebudayaan itu orang mampu mengatasi kesulitan hidupnya. Karena itu, bila situasinya kehidupan masyarakat sehari-hari kacau, terjadi banyak tindak kriminal, orang akan mempertanyakan budaya macam apa yangs edang dianut masyarakat ini.
        Beberapa indikasi kebudayaan yang dapat dikatakan beradab, yaitu bila manusia telah dapat menata lingkungan hidupnya dengan baik dan teratur meliputi:
1.       Lingkungan sosial
Terdapat keteraturan perilaku manusia yang biasanya dituntun oleh nilai dan nirma sosial yang berlaku. Sekalipun di dalam norma terdapat hukum, namun hukum itu hampir tidak pernah digunakan karena hampir tidak ada orang yang tertuntun untuk melanggar hukum itu dan hampir tidak ada orang yang tertuntun untuk melanggar hukum itu. Kondisi ini dapat terwujud antara lain bila kesejahteraan masyarakat rata-rata tidak berbeda jauh. Seandainya pun ada perbedaan kesejahteraan masyarakat, maka perilaku dapat tertuntun oleh norma-norma
2.       Lingkungan alam fisik

Dengan ilmu pengetahuannya yang tinggi masyarakat yang beradab mampu menata alam fisiknya dengan baik untuk kenyamanan hidup anggota-anggotanya, baik itu berupa alam material maupun biologis.


3.       Lingkungan alam gaib

Dengan ilmu pengetahuannya yang tinggi masyarakat yang beradab mampu menangkap makna kehadiran alam non fisik bagi kebahagiaan hidupnya.

Saran: kebudayaan merupakan warisan dari leluhur bangsa. Ada baiknya, kita menjaga apa yang sudah diberikan. Lebih baik lagi kalau kita ikut mengembangkan. Apalagi di suku-suku tertentu kebudayaan merupakan ciri khas suatu daerah yang telah turun menurun di lakukan. Jangan sampai kebudayaan kita di akui lagi oleh negara lain.

Daftar pustaka

Buku pemahaman kontekstual tentang ilmu budaya dasar. Pengarang: Kanisius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peradaban dan Perubahan Sosial

Motivasi Konsumen - Perilaku Konsumen

PENGELOLAAN INFORMASI DAN PERSEPSI KONSUMEN